Monday, June 23, 2014

Luther Anthony Kurniawan

"Nanti kalau aku ndak bisa hamil gimana?" perkataan yang muncul dari wanita itu kepada pria calon kekasihnya. Pria itu mengerutkan dahinya dan menjawab "Anak adalah anugrah dari Tuhan yang diberikan kepada orang tua."
Pertanyaan ini muncul karena wanita ini menderita penyakit kista di indung telur kirinya sebesar 8cm dan akhirnya harus diangkat melalui operasi di Guang Zhou pada th 2008. Penderita ini memang sangat dimungkinkan akan sulit mempunyai keturunan.

Mereka kemudian berpacaran selama kira-kira 2 tahun lamanya dan menikah di pertengahan th 2010. Selama 2 th mereka belum dikarunia anak oleh Tuhan sehingga memutuskan untuk memulai program kehamilan di dokter E di salah satu RS di Solo di Jl Slamet Riyadi atau di daerah Purwopuran. Selama setahun program kehamilan terasa sangat lambat walau penuh dengan perjuangan ketika kontrol dokter karena bisa sampai pukul 2 pagi baru bisa bertemu dokter. Tidak ada progress yang baik karena hanya menggunakan sistem kalender tanpa ada pemeriksaan lebih lanjut. 

Akhirnya mereka memutuskan pindah ke dokter J atas saran seorang teman lama di RS daerah Kandang Sapi atau Apotik Suraxxxxx. Antrenya tidak begitu malam dan pukul 10 malam sudah bisa bertemu dokternya. Mereka ceritakan riwayat sebelumnya baik si pria yang sudah dinyatakan normal dari cek sperma dan si wanita yang pernah menjalani operasi kista indung telur sebelumnya. Dokter ini langsung menyarankan untuk tes HSG (Hystero Salpingo Graphy) bagi pihak wanita.
(Pemeriksaan HSG merupakan suatu pemeriksaan sinar-x dengan memasukkan zat kontras melalui alat khusus (kateter) ke dalam rongga rahim dan saluran telur melalui vagina kemudian di-foto (rontgen) untuk melihat aliran zat kontras tersebut. Salah satu manfaat dari pemeriksaan ini  adalah mendiagnosis ada tidaknya sumbatan dan lokasinya pada salah satu atau kedua saluran telur (Tuba falopii) yang dapat menghambat bertemunya sel sperma dan sel telur.)
Hidrosalphinx

Hasil dari cek HSG ini ternyata pihak wanita menderita Hidrosalpinx (tersumbatnya saluran telur dan berisi cairan) untuk saluran telur bagian kiri, bagian yang sama dengan riwayat kista indung telurnya. Dokter J menyarankan untuk melakukan operasi pengangkatan di Klinik Infertilitas di Jogja saja yang sudah terbiasa menghadapi masalah seperti ini. Mereka sempat ke klinik tersebut  bertemu dengan dokter A yang hanya menguliahi satu jam tanpa melihat sama sekali hasil cek HSG yang sudah dilakukan, serta merta langsung menyarankan untuk melakukan bayi tabung, dan mereka tidak nyaman dengan dokter ini. Kemudian mereka sempat kontrol 2x ke dokter F di klinik infertilitas di Semarang, sempat juga periksa di Lam Wah Ee dengan dokter kandungan yang paling terkenal di Penang Malaysia namun hasilnya sama, mereka langsung disarankan melakukan bayi tabung walaupun mereka sudah menetapkan hati untuk tidak melakukan bayi tabung karena alasan etika dan dana. Akhirnya mereka memutuskan di bulan April 2013 untuk melakukan operasi pengangkatan saluran telur di Jogja dengan dokter S di klinik yang sama dulu pernah mereka datangi.

Dari hasil operasi ternyata ada satu fakta yang cukup bikin shock yaitu indung telur yang sebelah kiri ternyata sudah diangkat ketika operasi kista di Guang Zhou tanpa sepengetahuan pasien. (Hati2 kalau berobat di Cina!) Jadi saluran telur dan indung telur yang kiri sudah diangkat semua. Diakhir operasi dokter S melakukan proses HSG lagi dan fakta yang kedua harus mereka terima adalah saluran telur yang kanan ternyata tersumbat di pangkal sehingga tidak bisa dilakukan perbaikan melalui operasi ini. Harapan untuk memiliki anak jatuh ke titik nadir...

Pria itu mengingatkan sang istri sekali lagi bahwa anak adalah anugrah dari Tuhan, bukan dokter atau manusia yang menentukan seseorang memiliki keturunan atau tidak. Sekalipun Tuhan menganugerahkan mereka untuk tidak memiliki anak pun harus berserah dan bersyukur karena anak bukan segala2nya di dalam hidup ini. Banyak orang punya anak sembarangan tanpa mengerti makna kehadiran anak di dalam keluarganya, sehingga banyak orang tua yang tidak bisa mendidik anak-anak mereka dengan baik dalam Firman Tuhan. Kita harus belajar kepada bangsa Israel yang menganggap kehadiran anak adalah pemenuhan janji Allah kepada mereka untuk penggenapan umat Allah di dalam janji Nya kepada Abraham.

Satu bulan setelah operasi itu, ada kabar buruk, Ayah dari wanita itu diklaim dokter menderita kanker usus besar stadium 3c dan harus segera di operasi karena sudah tidak bisa melakukan BAB sehingga perut mulai membesar. Satu bulan kemudian wanita itu bersama kakaknya sempat mengantar ayahnya operasi pemotongan usus ke RS Adventist Penang dan operasi berjalan lancar. Untuk pemulihan harus dilakukan kemoterapi selama 6x dan radioterapi selama 25x dan dari keluarga memutuskan untuk dilakukan di Jogja saja. 

Test Pack Kehamilan Positif




Sesampai kembali ke kota asalnya di Solo, wanita ini baru sadar bahwa ternyata terlambat menstruasi dan setelah dilakukan cek kehamilan ternyata POSITIF!!!





Blighted Ovum

"Manusia boleh berencana namun Tuhan yang menentukan"...Mereka bersyukur luar biasa, ada kegembiraan, ada sukacita, ada pengharapan, dan mujizat   yang Tuhan anugrahkan kepada pasangan ini. Namun kegembiraan ini tidak berlangsung lama karena setelah janin berumur 3 bulan tidak ada detak jantung sama sekali dan tidak berkembang atau istilah medisnya adalah BO atau "blighted ovum" dan harus segera di gugurkan atau di kuret. Air mata wanita itu menetes ke pipi dengan deras tanpa bisa terbendung. Pria itu juga sangat sedih, air mata sudah di ujung ingin menetes tapi segera diusapnya supaya sang istri tidak mengetahuinya dan bisa membesarkan hati sang istri.

Kuretase dilakukan oleh dokter J dengan one day care atau dilakukan tanpa opname atau menginap pada bulan Agustus 2013 di RS Kandang Sapi. Pagi pukul 8 mereka datang kemudian karena sang istri belum pernah melahirkan maka diberi obat pacu untuk membuka jalan lahir yang membuat perut terasa tidak karuan, mulas2 campur sakit. Dokter baru datang jam 4 sore dan segera dilakukan proses kuretase dengan bius total. Tindakan ini hanya memakan waktu 15 menit tanpa menghitung proses biusnya. Pukul 8 malam mereka sudah diperbolehkan pulang ke rumah.

Memulai dari awal lagi memang bukan proses yang mudah. Peristiwa ini memang menimbulkan kesedihan bagi mereka namun ada satu harapan di depan karena ternyata wanita itu bisa hamil walaupun gagal di kehamilan yang pertama. Tutup buku dan segera membuka lembaran awal lagi.

Desember 2013 wanita ini terlambat mens lagi, di cek dengan alat tes kehamilan ternyata positif. Namun respon yang terjadi bukanlah sukacita melainkan kekhawatiran bila terjadi BO berulang. Sampai Januari 2014 akhir baru memberanikan diri untuk cek ke dokter E namun ternyata masih kantong saja dan ini membuat dobel rasa kekhawatiran itu. Ditunggu sebulan memberanikan diri lagi untuk periksa ke dokter E dan ternyata ada titik putih di dalam kantung yang menunjukkan kantung ini berisi janin (bukan BO). Rasa plong dan sukacita baru muncul secara genap sekarang karena ketakutan BO berulang tidak terjadi. Setelah itu mereka kontrol di dokter J kembali karena lebih masuk akal untuk jam periksanya serta dokter J inilah yang menemukan masalah ketidaksuburan wanita ini sehingga dinilai lebih mengetahu riwayat lengkapnya.

Ibu mertua pria itu kenal dengan salah seorang sinshe di Surabaya yang menyarankan meminum ramuan supaya suplai makanan ke janin dapat lancar dan mereka menyetujuinya karena kekhawatiran janin tidak berkembang sempurna. Ternyata ramuan ini cukup mahal karena untuk setiap bulan kira2 butuh 2 juta rupiah untuk menebus ramuan ini yang telah diekstrak ke dalam kapsul. Wanita ini meminum ramuan ini rutin sampai usia janin bulan kelima saja, setelahnya dikurangi dosisnya menjadi kira2 separuhnya.

Di bulan Februari 2014 tengah malam saat janin berusia hampir 3 bulan tiba2 sang istri berteriak dari kamar mandi karena dari tengah2 kakinya mengalir darah segar yang cukup banyak. Segera menelpon dokter J dan disarankan besok pagi langsung menuju ke RS. Malam itu terasa panjang karena mata susah untuk diajak beristirahat sambil menunggu berganti hari. Pagi itu mereka segera meluncur ke RS untuk diperiksa oleh dokter J tanpa antrian karena alasan emergency. Dokter langsung memaksa untuk bedrest total di RS selama satu minggu dan ternyata berhasil mempertahankan janin untuk tetap hidup. Bedrest dilanjutkan di rumah orang tua wanita itu selama satu bulan. Boleh turun dari ranjang hanya untuk BAK atau BAB saja, selebihnya kegiatan dilakukan diatas ranjang. Puji Tuhan! Masalah pendarahan ini selesai...

Bulan Mei wanita ini nyaris harus opname di RS lagi karena sempat mengalami muntaber hebat dan rasa mulas2 di perut sampai tak tertahankan. Dokter jaga langsung menyarankan opname namun ternyata setelah sang suami mendaftar ternyata kamar penuh semua tinggal kelas 3. Mana bisa istirahat kalau harus opname di kelas 3 yang satu kamar isi 6 orang. Akhirnya mereka memutuskan untuk rawat jalan. Wanita ini pulang dalam kondisi tidak memakai bawahan sama sekali karena terkena berak diare yang tidak bisa ditahan lagi. Hanya mengenakan tampon untuk ibu setelah melahirkan sambil menggunakan selimut untuk menutupi sampai di mobil.

Keluarga si pria sebenarnya mengharapkan kehadiran bayi perempuan namun ternyata setelah di cek menggunakan USG terlihatlah tonjolan diantara kedua kaki sang bayi yang menunjukkan kalau bayi yang dikandung adalah laki-laki. Ra po po yang penting sehat, mau laki atau perempuan sama aza, orang cina malah lebih suka kalau anak pertama laki, anak berikutnya terserah. Mereka bersyukur karena akan dianugrahi Tuhan seorang bayi laki-laki. Mereka sadar betul bahwa ini adalah anugrah Tuhan dan mereka menyerahkan kembali bayi ini untuk boleh dipakai menjadi alat Tuhan di dalam dunia ini. Kalau boleh menjadi seorang hamba Tuhan yang bisa dipakai untuk menobatkan banyak orang, mengajar Firman Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak orang. 

Janin ini sudah menginjak usia 7 bulan. Saatnya menyiapkan berbagai hal untuk menyambut kehadirannya. Sang istri yang merupakan seorang guru sudah menyelesaikan tugasnya dan melakukan cuti selama 1 tahun, menyiapkan nama,memikirkan ucapan terima kasih nantinya, janjian dengan tukan gypsum untuk mengganti enternit kamar sang bayi nanti yang selama ini berubah fungsi menjadi gudang, bongkar2 barang2 warisan dari kakaknya yang tersimpan cukup lama di gudang, dll...

Senin 9 Juni 2014 ada kabar buruk menerpa, ibu mertua pria itu terkena serangan stroke dan dibawa ke IGD RS KI di Jl Slamet Riyadi. Bagian kanan baik tangan dan kaki tidak bisa digerakkan, mulut sudah merot dan berbicara tidak jelas, diajak bicara sudah tidak konek lagi. Keluarga memutuskan langsung di bawa ke RS Bethesda di Jogja dengan menggunakan ambulance. Kakak dari sang istri ikut ke jogja sedangkan sang istri menemani anak2 dari kakaknya di rumah kakaknya. Puji Tuhan , senin malam mendapat kabar kalau tangan dan kaki sudah dapat digerakkan kembali walaupun mulut masih pelo dikit. Selasa, wanita itu bercanda dengan keponakannya sambil menunjukkan gerakan2 yang terjadi di perutnya karena gerakan sang janin. Rabu, wanita ini pulang pergi ke jogja menengok ibunya dengan naik kereta sriwedari ekspress atau madiun jaya karena suaminya terkena flu berat sehingga tidak menemani naik mobil. Kamis, melakukan yang sama di hari Rabu. Jumat, ibunya sudah boleh pulang dan dijemput kakaknya sehingga tidak perlu berangkat ke Jogja.

Ketika sedang santai, wanita ini baru sadar bahwa janin yang dikandungnya kog tidak bergerak-gerak aktif seperti biasanya, jumat malam masih belum bergerak. Suaminya membesarkan hatinya dan mengatakan besok Sabtu klo belum gerak baru periksa ke dokter. Sabtu pagi sang istri sudah menangis karena bangun pagi masih belum ada gerakan dari sang bayi. Setelah melakukan aktivitas seharian di sore hari istri menangis tersedu-sedu karena masih tidak ada gerakan. Setelah menelpon dokter J disarankan untuk ke RS atau klinik terdekat untuk di cek menggunakan USG. Sore itu pula mereka periksa ke klinik dekat rumah di Fajar Indah dan diperiksa oleh dokter muda yang tampak masih belajar. Setelah di periksa menggunakan USG dokter ini terdiam cukup lama sambil mengatakan kalau janin di dalam perut sudah tidak berdetak jantungnya.

Bagaikan petir di siang bolong, ujung kepala pria itu sampai kakinya tiba2 lemas seperti ada setrum yang mengalir. Sang istri tampak tegar walaupun di hatinya begitu hancur. Begitu balik sampai rumah kembali mereka langsung menelpon dokter J dan bikin janji untuk segera bertemu di RS. Tangisan pria itu pun pecah tak tertahankan, mereka berdua menangis berpelukan seolah tidak bisa dihentikan, air mata meleleh deras membasahi pakaian. Mereka pikir setelah usia janin 7 bulan sudah aman namun Tuhan berkata lain.

Sebelum berangkat ke RS untuk periksa ulang mereka sempat berdoa kepada Tuhan untuk menyerahkan semuanya ke dalam tangan Tuhan dan mengucap syukur karena Tuhan sempat menitipkan selama 7 bulan kepada mereka. Sesampai di RS segera disiapkan peralatan USG sembari menunggu dokter J sedang melakukan operasi caesar. Begitu dokter J masuk ruangan langsung tampak wajah kecewa dan berduka sang dokter begitu melihat bahwa yang menelpon dia adalah wanita ini, karena sang dokter mengetahui riwayat wanita ini dengan jelas. Setelah di cek tetap pada kesimpulan yang sama sehingga bayi ini harus dikeluarkan, maksimum 2 minggu karena bila tidak akan meracuni ibunya. Menurut dokter J bayi ini sudah beberapa hari meninggal di dalam karena dilihat dari tulang tengkorak yang sudah menutup. Dokter J kemudian membesarkan hati wanita itu dan memberi resep obat serta memberitahu kalau rabu harus datang ke RS untuk proses kelahiran secara normal bayi yang sudah Tuhan panggil pulang jiwanya.

Hari Minggu mereka pergi ke gereja dengan beban yang begitu besar di hatinya. Selesai ibadah teman2 gereja membesarkan hati pasangan ini sambil menyarankan berbagai hal termasuk periksa sekali lagi ke dokter yang lebih pengalaman. Kami menurutinya, Senin 16 Juni 2014 sebelum mengikuti seminar di gereja menyempatkan diri periksa di dokter I di daerah kawatan yang kebetulan dekat dengan lokasi gereja. Hasilnya sama persis dengan dokter J baik dari waktu,sebab, maupun penanganannya. Harus dilahirkan secara normal karena kalau caesar secara prinsip tidak "cucuk" dari sisi biaya, pemulihan dan kemungkinan hamil lagi kedepannya.

Rabu, 18 Juni 2014 pukul 9 pagi mereka langsung menuju RS Kandang Sapi untuk menghadapi proses persalinan ini. Suster mengatakan proses ini paling cepat 2-3 hari dan paling lama 6 hari dengan obat pacu, mengingat janin yang sudah meninggal tidak ada inisiatif mau lahir sendiri dan akan ditunggu sampai keluar nya karena tidak terburu-buru seperti kelahiran bayi hidup biasanya. Pukul 10.30 obat pacu pertama sudah masuk melalui tangan suster yang dimasukkan ke dalam jalan lahir. Reaksi obat pacu ini akan dievaluasi setiap 6 jam kemudian. Wanita ini tidak merasakan hal yang berarti. Pukul 16.30 obat pacu kedua dimasukkan oleh dokter J sendiri waktu visite dengan dosis dobel dibandingkan yang pertama. Pukul 21.00 wanita ini mulai merasakan sakit yang teramat sangat sehingga selalu mengambil nafas panjang untuk mengurangi rasa sakitnya. Wanita ini meminta suster untuk mengecek apakah sudah ada pembukaan belum, mengingat rasa sakit yang timbul. Pukul 22.30 obat pacu ketiga masuk dan di cek oleh suster ternyata belum ada pembukaan sama sekali sehingga pecahlah tangisan wanita itu menderu-deru karena membayangkan proses kesakitan yang masih lama, paling tidak 6 jam lagi. Suster berbaik hati dengan memberikan anti nyeri yang disuntik di pantat dan mulai dilakukan penginfusan. Setengah jam wanita itu tampak tenang karena obat sudah bekerja. Pukul 23.30 rasa sakit mulai menyerang lagi tak terhindarkan. Wanita ini tiba2 ingin pipis sehingga meminta suster untuk menemani dengan memberikan pispot namun tidak keluar2 walaupun sudah dipancing dengan menggunakan air biasa. Sampai susternya sudah menarik pispotnya kembali karena dianggap belum berhasil pipisnya. Tapi tiba2 wanita ini tampak kejang dan panik karena dia ingin pipis namun kog tidak bisa dikeluarkan. Sang suami yang berada disampingnya tampak ikut panik melihat kondisi sang istri. Tiba2..... keluarlah air yang ditunggu-tunggu itu, namun tunggu dulu, ternyata yang keluar adalah pecahnya air ketuban yang muncrat kemana-mana termasuk di wajah suaminya. Ranjang sudah basah dan sang suami melihat kepala bayi yang sudah nongol 1/3nya. Kedua suster langsung menyiapkan proses persalinan dan sang suami langsung memeluk sang istri sambil mengatakan kalau bayinya yang mau keluar. 

Tali Pusar Terlilit
Hanya dengan dua kali ambil nafas panjang maka sang bayi yang sudah tiada itu berhasil keluar pada pukul 23.50 dengan ukuran panjang 40 cm berat 1 kg, kulit ada beberapa terkelupas, semua organ tubuh lengkap, kepala agak penyok sedikit. Ayah sang bayi itu sempat tertegun memandangi anaknya yang sudah tidak bernyawa itu. Sang ibu juga sempat melihat dari kedua kakinya, anak yang baru saja keluar dari tubuhnya. Tali pusarnya segera dipotong oleh suster dan ditunjukkan kepada pria dan wanita itu bahwa yang menyebabkan bayi ini meninggal di dalam adalah karena tidak mendapat asupan makanan dan oksigen karena talipusarnya terlilit atau terpilin akibat gerakan aktif janin yang searah. Setelah dilakukan proses kuretase oleh dokter yang segera datang sesudah persalinan dengan dilakukan bius total mereka tampak lebih lega dan bersyukur kepada Tuhan karena proses tidak memakan berhari-hari.

Kamis,19 Juni 2014 pukul 6 pagi orangtua pria itu datang ke RS dengan membawa baju untuk dipakaikan ke bayi itu kemudian dibawa oleh susternya ke dalam mobil didalam peti mati yang sudah disiapkan. Setelah ditutup rapat dengan menggunakan obeng kemudian pria itu bersama orang tuanya dan jenazah bayi itu segera meluncur ke pemakaman di Wonogiri. Sesampai di sana sudah tampak beberapa orang dari keluarga dan teman dekat orang tua. Pria itu segera mengangkat peti mati yang berisi anaknya itu sendirian dan dibantu oleh beberapa tukang untuk dimasukkan ke liang kubur.  Ibadah pemakaman di pimpin oleh Pdt Suprapto yang datang bersama Ibu Benita dan Ev Suyamti. Air mata kembali meluncur dari pria itu karena suasana yang sangat mengharukan sepanjang ibadah pemakaman. Setelah tabur bunga maka pria itu segera kembali ke RS untuk menemui istrinya dan tampak beberapa rekan gereja sudah pada datang berkunjung. Pk 13.00 dokter J visite dan ternyata wanita itu boleh langsung pulang karena selain ketiadaan kamar juga tidak diperlukan lagi opname. Pukul 18.00 mereka sudah berada di rumah kembali. 

Puji Tuhan prosesnya boleh berlangsung cukup singkat. Mereka banyak belajar untuk melihat bahwa di dalam kedaulatanNya ini adalah cerita yang belum selesai dan percaya bahwa Tuhan sudah memberi yang terbaik bagi mereka. Ada cerita yang masih Tuhan simpan dan belum bagikan sekarang ini mengapa peristiwa ini harus terjadi. 
Kalaupun ini pencobaan maka ini pencobaan yang biasa karena banyak keluarga yang mengalaminya juga bahkan lebih parah. 
Mereka belajar bahwa penyertaan Tuhan jauh lebih penting dibandingkan apapun juga.




"Apakah kita mau menerima yang baik dari ALLAH, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Ayub 2:10







In memoriam our beloved son
Luther Anthony Kurniawan

   18-06-2014 Pk. 23.50WIB

3 comments:

  1. Suatu hari ketika engkau tau jwbn Tuhan atas segala pertanyaanmu, engkau akan bisa tersenyum memandang kepada Allah dan berkata 'Engkau tahu yg terbaik buat kami'

    ReplyDelete
  2. Suatu misteri dalam menjalani hidup yang berliku2, kadang memilukan, kadang menggembirakan.... namun firmanNya... Allah bekerja dalam segala sesuatu.... untuk kebaikan bagi orang pilihanNya (Rom 8:28) ..... dalam rangka memperlengkapi untuk memenuhi panggilanNya....., yaitu demi pelebaran Kerajaan Allah dan KebenaranNya (Mat 6:33).

    The Show Must Go On!!

    Be STRONG in GOD my brother and sister......

    ReplyDelete
  3. Tuhan Yesus berikan kekuatan buat Martin sekeluarga... Amin

    Tuhan Tetap Baik...

    ReplyDelete